HIDUP ADALAH PERBUATAN & HIDUP ADALAH PERJUANGAN.............

Selasa, 26 Juli 2011

TUJUAN MUSLIM DALAM KEHIDUPAN

Oleh : Muhammad Riswan Kawanda


Hakikat kebenaran terpenting setelah iman adalah agar manusia memahami  tujuan penciptaannya, yakni tujuan hidupnya yang wajib ia usahakan untuk mewujudkannya.  Allah befirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“ Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku “ (QS Adz Dzazriyat: 56)

Ibadah kepada Allah adalah iman kepada-Nya dan ta’at kepada-Nya.  Ta’at kepada-Nya adalah keterikatan terhadap seluruh hukum-hukum-Nya.  Taat bukan hanya terbatas amal-amal ibadah, akhlak dan mu’amalah saja, tetapi mencakup segala hal yang diperintahkan Allah dan segala hal yang dilarang. 
Esensinya tidak menyembah secara hak kecuali hanya kepada-Nya.  Tidak ada perintah dan larangan seorangpun yang wajib dipatuhi selain Dia SWT.  Imam Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan dari ‘Adi bin Hatim, ia mendatangi  Nabi yang sedang membaca ayat :

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“ Mereka menjadikan orang-orang besar mereka dan rahib-rahib mereka sebagai rab selain Allah dan juga  (mempertuhankan) Al Masih putera Maryam.  Padahal mereka hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Dia.  Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan “ (QS At Taubah : 31)

Lalu ‘Adi bin Hatim berkata : sungguh mereka tidak menyembah orang-orang alim dan rahib-rahib mereka.  Maka Rasul mengatakan : “ Memang mereka tidak menyembah (dengan gerakan ruku’ atau sujud), tetapi mereka (orang alim dan rahib-rahib) mengharamkan bagi mereka sesuatu yang halal dan menghalalkan bagi mereka sesuatu yang haram lalu mereka mengikutinya.  Itulah penyembahan mereka (orang-orang awam di kalangan Yahudi dan Nasrani) kepada orang-orang alim dan rahib-rahib mereka”.
Atas dasar itu pemberian hak kepada seseorang untuk menghalalkan dan mengharamkan atau hak untuk menetapkan hukum (haqqut tasyri’) dan hak dita’ati jelas merupakan penyembahan kepadanya. Allah berfirman :

مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَءَابَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Kamu tidak menyembah selain-Nya melainkan hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya.  Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama mereka itu.  Sesungguhnya menetapkan hukum hanyalah milik Allah.  Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah kecuali Dia.  Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “ (QS. Yusuf : 40)

Hak ditaati yang dimiliki oleh penguasa, pemerintah, pemimpin, kedua orang tua, atau suami tidak lain adalah hak yang diberikan oleh Allah kepada mereka.  Ibadah kepada Allah esensinya adalah penghambaan manusia kepada Allah SWT, yakni ketundukan kepada syari’at-Nya dan memerangi mereka yang menjadikan penentu hukum selain Allah atau selain syari’at Islam.  Juga memerangi orang yang keluar dari hukum yang ditentukan oleh Allah.  Hal ini ditunjukkan oleh nash-nash yang berisi perintah beramar ma’ruf nahi munkar, nash-nash tentang membantah kebatilan dengan bantahan yang lebih baik, nash-nash yang menjelaskan kebenaran, dan nash-nash untuk persuasi dan dakwah.  Juga nash-nash perintah menjalankan hukuman jilid, potong tangan, qishash, jihad untuk menegakkan hukum-hukum Allah di muka bumi dan meninggikan kalimat Allah.
Oleh karena itu, kita  lihat Rasulullah setelah mendirikan negara Islam di  Madinah al Munawarah dan memancangkan tiang-tiang negara, beliau saw. kemudian mengutus utusan-utusan kepada para raja dan menyeru mereka (para raja itu) kepada Islam.  Kita lihat Rasulullah dan para khalifah sesudah Beliau mengutus para pengemban dakwah, para mujahidin dan pasukan untuk menyeru manusia kepada iman untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya dan berperang untuk menundukkan berbagi negeri dan para penduduknya kepada kekuasaan Islam.  Hal itu merupakan dakwah untuk menjadikan penghambaan hanya kepada Allah dan penentuan hukum hanya bagi Allah. 
Tujuan inilah yang merupakan konsepsi Islam dimana seorang muslim hidup dengannya.  Inilah yang tergambar dalam kepandaian sahabat yang mulia Rabi’ bin Amir yang membuat kaget Panglima Rustum, Panglima tentara Persia.  Rustum bertanya : Apa yang membuat anda datang ke sini?  Sahabat Rabi’ bin Amir menjawab : “Sesungguhnya Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan hamba (manusia) dari penghambaan kepada hamba (manusia lain) kepada penghambaan kepada Allah SWT Pencipta hamba (rabbul ibad) dan mengeluarkan manusia kejahatan agama-agama kepada keadilan Islam dan dari kesempitan dunia kepada kelapangan dunia dan akhirat”.
Pemikiran ini sungguh telah jelas dan gamblang dalam nash-nash Al Qur’an dan As Sunnah, dalam aktivitas-aktivitas Rasulullah dan dalam nash-nash yang sangat banyak jumlahnya.  Diantaranya akan kami uraikan. 
Allah berfirman :

قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيْعًا

“Wahai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu semua “ (QS. Al A’raf : 158)

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا

“Dan tidaklah Aku utus engkau (Muhammad) kecuali untuk keseluruhan manusia sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan” (QS. Saba’ : 28)

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dari agama yang benar untuk dimenangkan atas seluruh agama sekalipun orang-orang musyrik membencinya “ (QS. At Taubah :33 dan Ash Shaf : 9)
قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari akhir dan tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar yaitu orang-orang yang diberikan kepada mereka Al kitab sampai mereka membayar jizyah dari tangan mereka dengan patuh dan mereka dalam keadaan tunduk “ (QS. At Taubah : 29).

Dan  Rasulullah bersabda :
مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيْلِ اللهِ (متفق عليه )
Barangsiapa yang berperang untuk menjadikan kalimat Allah sebagai kalimat yang paling tinggi maka ia di jalan Allah “ (Mutafaqun ‘alaihi).

Demikianlah orang-orang kafir dipaksa untuk tunduk kepada kekuasaan Islam dan kepada kedaulatan syara’ sekalipun mereka tidak dipaksa masuk Islam sesuai firman Allah :

لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّيْنِ
“ Tidak ada paksaan dalam agama “ (QS. Al Baqarah : 256 )

Tujuannya adalah agar tidak ada undang-undang yang dita’ati dan tidak ada syari’at yang diambil kecuali apa yang diperintahkan Allah dan tidak ada penentuan hukum kecuali hanya milik Allah.  Sesuai perintah Allah sebagian kekufuran, keyakinan dan ibadah mereka dibiarkan atas mereka.
Allah telah menjelaskan tujuan ini atas seluruh makhluk ciptaan-Nya dalam firman-Nya:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikianlah Kami jadikan kalian sebagai umatan wasatha agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)  manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas (perbuatan) kalian “(QS. Al Baqarah : 143)

Ini merupakan seruan bagi umat Islam untuk mengemban risalah (Islam) setelah Nabi Muhammad (wafat) kepada segenap manusia.  Rasulullah sungguh benar-benar memesankan hal itu setelah beliau sendiri menyampaikan risalah Islam, menunaikan amanah-Nya dan berjihad di jalan  Allah dengan sesungguhnya.  Rasulullah berdiri pada saat haji wada’ (haji perpisahan) menyeru kepada umat dengan sabdanya :

... وَ إِنِّيْ قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّواْ بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ : كِتَابَ اللهِ وَأَنْتُمْ مَسْؤُوْلُوْنَ عَنِّيْ , فَمَا أَنْتُمْ قَاءِلُوْنَ ؟ قَالُوْا : نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ.  ثُمَّ قَالَ بِأَصْبَعِهِ السِّبَابَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى السَّماَءِ وَيُنْكِبُهَا إِلَى النَّاسِ : اَللَّهُمَّ اشْهَدْ , اَللَّهُمَّ اشْهَدْ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ
“Dan sungguh aku tinggalkan bagi kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh kepadanya maka kalian tidak akan tersesat selamanya yaitu kitabullah dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban tentangku.  Lalu apa yang kalian katakan ?  Mereka menyatakan : Kami menyaksikan bahwa engkau telah menyampaikan, engkau telah menunaikan dan engkau telah memberi nasihat.  Kemudian beliau berkata : sambil mengangkat tangannya ke langit sambil berbalik arah  : Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah .. “ (HR. Abu Dawud).

Demikianlah Nabi bersaksi atas kita dan mengemban amanah dan bersaksi kepada Allah atas kita.  Kewajiban kita setelahnya untuk mempersaksikan atas manusia dengan metode sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
Allah sungguh telah menjelaskan bahwa tujuan ini merupakan tujuan penciptaan sebelum diciptakannya Nabi Adam.  Firman Allah :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Dan ketika Rab-mu berfirman kepada para malaikat : “sesungguhnya Aku akan menjadikan di muka bumi khalifah”.  Mereka (para malaikat) berkata : “apakah engkau hendak menjadikan di bumi orang-orang yang akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah ? Padahal kami senantiasa mensucikan Engkau. “  Allah berfirman :” Sesunggunya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” “ (QS. Al Baqarah : 30 ). 


Oleh karena itu, sesungguhnya tujuan dalam hidup yang dijelaskan oleh Allah  sebelum diciptakannya Nabi Adam a.s. adalah agar manusia menjadi hamba kepada Allah dan agar mengajak orang lain yaitu orang-orang yang sesat dalam penyembahannya atau yang menolaknya kepada  penyembahan (beribadah ) untuk hanya beribadah kepada Allah.

Khatimah

Atas dasar  itu maka hidup merupakan pertarungan pemikiran, pertarungan keyakinan, pertarungan politik antara keimanan dan kekufuran. Keyakinan untuk meninggikan kalimat Allah dan untuk menjadikan agama hanya untuk Allah, untuk menjadikan hukum-hukum hanya kepada Allah, supaya tidak ada sekutu yang disembah bagi-Nya, supaya tidak ada seorang pun yang disembah selain Dia, untuk menyempurnakan ketundukan kepada syari’at Allah. Dengan makna ini tentu merupakan pertarungan politik, sebab mewajibkan agar di sana tidak boleh ada pemeliharaan seluruh urusan manusia dengan syari’at apapun kecuali syari’at Islam. 
Wallahu ghalibun ‘ala amrihi walaakinna aktsarannaasi laa ya’lamuun!
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar